Wednesday, June 4, 2008

Merger Niaga-Lippo (1)


Wakil Perdana Menteri Malaysia Sri Najib Tun Razak (kedua kiri) menyaksikan penandatanganan merger antara Bank Lippo dan Bank Niaga di Hotel Shangri-La, Jakarta, Senin (2/6). Penandatanganan itu dilaksanakan Presiden Komisaris Bank Lippo Ali MD Dewal (kanan) dan Presiden Komisaris Bank Niaga Shukri Hussin (kiri) disaksikan Managing Director Khazanah Nasional Berhad Azman Mokhtar.

Selasa, 3 Juni 2008 | 03:00 WIB

Jakarta, Kompas - Penggabungan usaha atau merger antara PT Bank Niaga Tbk dan PT Bank Lippo Tbk diperkirakan akan menghasilkan tingkat sinergi atau tambahan pendapatan senilai Rp 550 miliar pada tahun 2010. Bank hasil merger akan menjadi bank kelima terbesar di Indonesia dengan aset Rp 95,2 triliun.

CEO CIMB Group Dato Nazir Razak saat penandatanganan rencana merger kedua bank, Senin (2/6) di Jakarta, menjelaskan, Bank Niaga dan Bank Lippo memiliki kelebihan yang saling melengkapi.

Bank Niaga kuat di segmen korporasi, segmen usaha kecil menengah, treasury, dan segmen ritel, terutama kredit pemilikan rumah. Adapun Bank Lippo memiliki kelebihan dalam jasa transaksi pembayaran, pinjaman komersial, dan penghimpunan dana murah.

”Kami optimistis merger yang dilakukan untuk mematuhi aturan kepemilikan tunggal Bank Indonesia ini akan menghasilkan bank yang memiliki posisi strategis di industri perbankan Indonesia,” ujar Nazir Razak.

Pemegang sahamnya sama

Bank Niaga dan Bank Lippo dimiliki pemegang saham yang sama, yakni perusahaan investasi Malaysia, Khazanah Nasional Berhad. Penandatanganan rencana merger dihadiri Wakil Perdana Menteri Malaysia Najib Razak.

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, tidak masalah posisi Malaysia semakin kuat dengan adanya merger antara Bank Niaga dan Bank Lippo. Langkah tersebut justru baik bagi industri perbankan Indonesia secara keseluruhan.

”Merger akan membuat Bank Niaga dan Bank Lippo dari semula bank yang bersifat lokal akan meningkat menjadi bank yang bersifat nasional dan menjadi bank yang terbaik di Indonesia,” ujar Wapres.

Nazir Razak menjelaskan, merger akan diawali dengan langkah CIMB Group, sebagai pemegang saham Bank Niaga, membeli 51 saham Bank Lippo, milik Khazanah, senilai Rp 5,9 triliun. CIMB merupakan anak usaha Khazanah melalui Bumiputera-Commerce Holding Bhd (BCHB).

Transaksi ini tidak mengganggu keuangan CIMB karena dananya digantikan dengan penerbitan 207,1 juta lembar saham baru di BCHB, yang akan meningkatkan kepemilikan Khazanah di BCHB dari 22,7 persen menjadi 27,1 persen.

Berikutnya, saat merger dinyatakan efektif, semua saham Bank Lippo akan ditukar menjadi saham Bank Niaga, dengan rasio 2,822 saham Bank Niaga per satu lembar saham Bank Lippo.

Jika tak setuju dengan rencana merger, pemegang saham minoritas dapat menjual sahamnya, yakni Rp 1.052, setara 2,5 kali harga nilai buku (PBV) untuk Bank Niaga, dan Rp 2.969, setara 3 kali PBV untuk Bank Lippo.

CIMB menyediakan dana Rp 11,2 triliun untuk mengantisipasi penjualan oleh pemegang saham minoritas. Bank hasil merger itu akan bernama PT Bank CIMB Niaga Tbk.

Proses hukum rencana merger diharapkan selesai 1 Oktober 2008, sedangkan integrasi usaha secara keseluruhan selesai akhir tahun 2009.

No comments: