Monday, March 12, 2012

Pagar dan Kunci Pikiran

Susah untuk menumpahkan pikiran ini ke dalam tulisan.
Ada sisi dari diri yang menutup pikiran ke dunia luar.
Ada juga sisi diri lain yang ingin menulis.
Saya cari jalan tengah labirin ini.
Saya mencoba menulis dengan banyak pagar dan kunci, sebagai penghalang jalan pemikiran anda.
Kalau anda baca tulisan-tulisan saya akhir-akhir ini, apakah menurut anda saya Gila ?

Relikui Religi

Perjalanan religi penuh dengan relikui. Seperti anak tangga, ada tingkatan-tingkatan. Mencari pembenaran keyakinan. Jangan cuma pemberian dari orang tua.

Kita tidak akan tersesat jika membaca. Bacalah. Saya membaca buku agama. Saya membaca alam. Saya membaca petunjuk-Nya. Saya mencoba membaca isyarat-Nya. Semakin saya mencoba membaca, semakin hikmah ditemukan. Hikmah timbul dari persimpangan. Allah menguji saya dengan pilihan-pilihan sikap di persimpangan. Persimpangan merupakan ujian dari Allah. Yang diukur adalah sikap.

Pembelajaran-pembelajaran agama tidak berhenti. Saya membagi 2 (dua) level tingkat keagamaan, yaitu kuantitas dan kualitas. 2 level ini bisa dipilih yang mana dahulu atau dilakukan bersamaan. Saya memilih untuk membenahi level kuantitas dulu.

Level Kuantitas berbicara mengenai jumlah. Berapa jumlah ibadah yang wajib dan sunah yang dilakukan sehari. Konon, pembiasaan baru terasa ringan setelah 14 hari. Tantangannya adalah hidup di Jakarta. Dimana waktu dan tempat menjadi satu dimensi.

Level Kualitas berbicara mengenai esensi dan pemahaman. Tantangannya adalah karena kuantitas dari esensi dan pemahaman itu sendiri yang berbeda-beda.

Perjalanan religi tidak akan berhenti. Ada kalanya seperti berjalan mundur. Atau seperti berjalan lurus namun tidak mendapat apa-apa (ini pemikiran dangkal manusia).

Saat pemikiran dangkal muncul, saat banyak alasan keluar. Disinilah keberhasilan setan bekerja.



Sunday, March 11, 2012

Semu

Pada satu titik, ada fase-fase hidup yang terasa lama.

Fase ini mengajarkan bagaimana bersabar, mengejar hidup, beradopsi dengan waktu, menerima kekalahan, menerima kekalahan lagi, mencoba untuk bangkit, namun kebangkitan menjadi semu karena tidak signifikan di ekosistem.

Fase ini tidak bosan-bosannya mengajarkan manusia naif. Bagaimana harus bersikap. Bagaimana harus tidak diam. Bagaimana kemenangan itu tidak ada sebenarnya. Yang ada hanyalah kekalahan yang terminimalisir.

Hai manusia. Kita tidak pernah benar-benar menang. Kita merasa menang saja. Merasa menang karena sebenarnya orang lain ditakdirkan kalah.

Inilah hidup. Kita bisa mengatakan itu semu atau abu-abu. Tidak ada yang menang. Tidak ada yang kalah. Yang ada hanya kesenangan.

Hitam

Saya suka warna hitam. Warna hitam membuat saya nyaman. Seperti bisa menutupi sisi lain saya. Tenang.

Pikiran

Saya berteman baik dengan pikiran saya.

Harga Diri

Yang menjadikan laki-laki menjadi manusia seutuhnya adalah harga diri.
Harga diri untuk bertahan.
Harga diri untuk berteguh.
Harga diri untuk mencintai.
Harga diri untuk membahagiakan orang-orang yang tersayang.
Harga diri untuk menjaga mereka.
Harga diri untuk bisa melakukannya sendiri.

Monday, March 5, 2012

Variabel Bahagia

Kebahagiaan itu sederhana. Jika kita hanya memikirkan kebahagiaan kita sendiri saja. Mengejar impian kita saja, menjadi diri sendiri, tidak perlu memikirkan variabel lain.

Menjadi kebahagian itu tidak sederhana, saat variabel kebahagiaan orang-orang terdekat kita masukkan ke rencana kita. Penyesuaian rencana dan mimpi disesuaikan.